Saturday 21 February 2015

Pengalaman Mengecat Rumah Sendiri

Kendala pertama dalam mengecat rumah sendiri bagi saya yang alat transportasi memakai motor adalah saat pembelian. Saya tidak bisa langsung membeli cat ukuran besar, bawanya gimana :) ?

Singkat cerita saya sudah mendapatkan alat-alat pengecatan, kendala ke-dua adalah : Bahu yang pegel....baru ngecat sebagian dinding aja sudah terasa sangat pegal hehe...lalu selanjutnya saya membuat kesalahan dengan tidak menyiapkan koran di lantai...setelah selesai mengecat jadi ada tambahan pekerjaan lain untuk mengerik sisa-sisa Cat di keramik.

Jadi sebaiknya bahan-bahan minimal yang harus saya siapkan adalah :

  1. Cat

  2. Air

  3. Alat pengecat dinding (roller)

  4. Baki Cat

  5. Kuas untuk menjangkau bagian yang sulit

  6. Koran bekas, untuk melindungi lantai keramik dari cipratan cat


Ada yang bilang klo cara mengecat yang bagus itu adalah kita harus membersihkan dulu sisa-sisa cat sebelumnya...namun waktu itu saya gak mau repot jadi langsung ditimpa aja dengan Cat putih semua.

Setelah berhari-hari mengecat...akhirnya selesai... suasana rumah terasa berbeda....dengan warna putih baru di dinding, saya merasa lebih sejuk, tidak sia-sia saya meluangkan waktu berhari-hari sepulang kerja untuk mengecat semua dinding dalam rumah (*dinding luar masih saya biarkan :) ) pengorbanan bahu pegal terasa sepadan :D

 

Nge-Kost atau mulai nyicil KPR?

Akhir tahun 2014 kemarin di Tangerang City Mall ada banyak stand developer-developer yang sedang mempromosikan perumahan yang mereka pasarkan. Saya mendengar celetukan salah seorang pengunjung ke beberapa temannya yang kaget dengan harga jual rumah yang begitu mahal padahal lokasi rumah cukup jauh : "hah....nge-kost aja deh"

Saya sudah jadi anak Kost selama 6 tahun lebih...& sejak tahun 2009 gaji saya setiap bulan selalu selalu dipotong bank terkait kepemilikan rumah. Beda saat jadi anak kost & saat tinggal dirumah sendiri adalah :

  • Saat nge-kost (pas saya masih rajin Futsal), di kost-an paling saya hanya bisa berlatih menendang bola tenis ke dinding pada ruang yang terbatas, saat punya rumah sendiri saya bisa latihan men-dribble bola yang sebenarnya didalam rumah :D

  • Saat nge-kost saya kesulitan ganti alamat KTP, saat punya rumah sendiri saya bisa lebih mudah ganti alamat KTP

  • Saat nge-kost ...pas pulang kemaleman kadang pager rumah udah dikunci sama yang punya kost-an...saat punya rumah sendiri kunci rumahnya saya sendiri yang pegang.

  • Saat punya rumah sendiri, terasa menjadi salah satu simbol kesuksesan...udah punya rumah (meski dengan nyicil KPR) :D







  • Saat nge-kost, sepulang kerja saya bisa istirahat semaleman di kost-an....saat punya rumah sendiri kadang ada yang ketok pintu & mengajak ke pertemuan warga (rapat tingkat RT)

  • Saat nge-kost saya cukup bayar iuran bulanan ke Ibu Kost, saat punya rumah sendiri saya harus bayar cicilan KPR per bulan, iuran keamanan, iuran sampah, bayar PDAM sendiri, Bayar Listrik sendiri dan Ada kewajiban bayar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) 1 tahun sekali

  • Saat nge-kost saya bisa lebih cepat tiba dikantor (5 menit-an), saat punya rumah menjadi 20-30 menit-an


Kondisi tiap kost-an mungkin berbeda dengan yang saya tuliskan diatas (contohnya ada kost-an yang selain wajib bayar iuran bulanan juga wajib mengisi listrik pra bayarnya sendiri) jadi yang saya tuliskan diatas adalah perbandingan berdasarkan pengalaman yang saya rasakan sendiri.

Jadi kesimpulannya lebih baik tetap jadi anak kost atau mulai nyicil KPR ? ... Kalau menurut pendapat saya pribadi, jawabannya berbeda untuk tiap-tiap orang :

Jika penghasilan misal hanya 2jt, tidak ada tabungan untuk DP & harga rumah paling murah diwilayahnya misal 200jt....ya lebih baik nge-kost...nge-kost didekat kantor bisa menekan pengeluaran, lalu dari sisa-sisa pengeluaran bulanan sebaiknya mulai nyari usaha sampingan, beli buku-buku yang bermanfaat tiap bulan, mengembangkan Skill dengan ikut kursus dsb... lalu setelah beberapa waktu kemudian ada kemungkinan sukses & mampu beli rumah secara CASH...ga usah nyicil-nyicil KPR segala :D

Jika ada tabungan buat DP, gaji perbulan dikurangi angsuran KPR masih ada sisa & tidak memiliki ide untuk bisnis dibidang lain...silahkan segera nyicil KPR. Karena harga properti itu cenderung naik (kecuali rumah di wilayah banjir).

Jika ada tabungan buat DP, sanggup mengangsur KPR namun memiliki ide Bisnis yang kemungkinan keuntungannya lebih tinggi daripada investasi dalam bentuk properti...untuk yang satu ini keputusannya harus diambil oleh yang bersangkutan :D ... Keuntungan di terima sendiri & kerugian juga ditanggung sendiri.

Rumah Subsidi

Waktu saya & istri mencari-cari rumah tinggal yang bebas banjir (Tahun 2013), salah satu opsi yang muncul adalah membeli sebuah rumah subsidi second. Saya sempat survey salah satu rumah subsidi yang katanya akan dijual, kondisi yang saya temukan waktu itu adalah :

  • Mengkuatirkan

  • Keramik yang berantakan

  • Dinding yang terlihat tidak kokoh

  • Pintu yang tampaknya terbuat dari bahan triplek


Lebih jauh pas ngobrol-ngobrol dengan perantara, katanya septictank rumah tersebut sudah diperbesar, kondisi awalnya septictank dibuat seadanya saja.

Yang membuat saya agak heran adalah...koq tampaknya di komplek rumah subsidi tersebut ada beberapa rumah kosong?...pas saya nanya-nanya ke perantara tersebut katanya mungkin rumahnya cuma dibeli buat invest?....

mmm?....padahal yang saya tangkap, rumah subsidi itu adalah rumah yang diperuntukkan masyarakat yang penghasilannya pas-pasan, daripada ngontrak terus seumur hidup pemerintah membuka jalan bagi masyarakat yang penghasilannya pas-pasan untuk membelanjakan tabungannya sebagai DP rumah...lalu budget untuk ngontrak dialihkan untuk membayar angsuran bulanan KPR.....selanjutnya orang tersebut & keluarganya seharusnya menempati rumah tersebut.

Tapi koq ini cuma beli .....terus ditinggalkan begitu saja? buat invest? kasihan donk dengan masyarakat lain yang benar-benar sedang butuh rumah tinggal.

Akhir cerita, saya tidak jadi mengambil rumah tersebut....karena :

  • waktu itu saya belum menemukan kejelasan sebenarnya siapa pemilik rumah tersebut. Kata perantara, rumah tersebut adalah milik Bapak A...pas kami bertemu bapak A tersebut katanya rumahnya bukan milik dia tapi milik temannya...

  • Ada calon pembeli lain yang bersedia memberikan DP terlebih dahulu sebelum  status kepemilikannya jelas...jadi tawaran saya disingkirkan.


Lalu saya & istri melanjutkan pencarian rumah ditempat lain...

Thursday 12 February 2015

Jual Rumah secara Over Kredit atau Cash

Akhir bulan Januari 2015 kemarin, saya mendapatkan pertanyaan dari seseorang yang sedang bingung menentukan harga jual rumahnya. Rencananya dia menjual rumah secara Over Kredit namun tidak menutup kemungkinan untuk menjual secara cash. Gambaran biaya-biaya yang disebutkan antara lain : Harga jual rumah saat tahun 2013, DP, Pinjaman KPR, Biaya Renovasi, Jumlah Angsuran bulanan yg telah dibayar, Sisa Angsuran di Bank, Harga jual rumah terbaru (Januari 2015) dari developer.

Saya membagi komponen biaya yang disebutkan dalam pertanyaan menjadi 4 kelompok :

  1. Berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan rumah tersebut / Modal ? (DP, Biaya Renovasi, Jumlah Angsuran yang telah dibayar)

  2. Berapa Sisa Angsuran KPR di bank? (harus nanya ke bank langsung, minta angka jika mau dilunasi hari ini , berapa jumlah rupiah yang harus dibayarkan)

  3. Berapa keuntungan yang ingin diperoleh?

  4. Berapa besaran Pajak Penjualan, Pajak Pembelian, Biaya Notaris...& siapa yang akan menanggung biaya-biaya tersebut?


Misalkan Angka-angka tersebut sudah diperoleh : Modal 130jt, Sisa Angsuran di Bank 220jt, Keuntungan yg ingin diperoleh 50jt, besaran pajak2 & biaya notaris ditanggung Pihak Pembeli semua misal 40jt

Selanjutnya, saya menjawab pertanyaan tersebut tidak hanya dalam 2 bagian (Cash/Over kredit) tapi membaginya kedalam 3 bagian (Cash/ Take Over resmi / over kredit tidak resmi)

(1) JIKA MENJUAL SECARA CASH

Kalau dari gambaran diatas berarti pihak pembeli harus menyiapkan uang Cash Rp. 440jt

  • 180jt diserahkan ke Penjual

  • 220jt dipakai untuk melunasi sisa Angsuran KPR pihak penjual

  • 40jt dipakai untuk membayar pajak2 & Biaya Notaris


Lalu setelah Angsuran KPR dilunasi, Sertifikatnya diambil oleh pihak penjual & diserahkan ke Pihak Pembeli/ Notaris untuk dibalik nama. SELESAI

(2) JIKA MENJUAL SECARA TAKE OVER RESMI

Pada tahun 2013 saya pernah melakukan Take Over dari BTN ke BSM, namun pada tahun 2014 saya mendengar kabar bahwa jual beli rumah secara Take Over sudah tidak bisa dilakukan lagi (*untuk informasi ini saya belum sempat klarifikasi ke Bank jadi untuk informasi terbaru lebih baik para pembaca menanyakan langsung ke Bank).

Jika misalkan masih bisa dilakukan, prosesnya sebenarnya hampir sama dengan menjual secara Cash, Pihak Pembeli memberi DP sebesar 180jt lalu biaya-biaya lainnya dibayarkan oleh Dana KPR. Atau kalau pihak pembeli belum punya uang 180jt, maka DP nya diperkecil & permohonan dana KPR ke Bank diperbesar. Singkat cerita permohonan KPR pihak pembeli disetujui, Bayar Pajak Penjualan,Pajak Pembelian Biaya Notaris dsb...lalu AKAD.

Selanjutnya Status hutang KPR Pihak Penjual sudah Lunas , lalu pihak pembeli melanjutkan angsuran per bulan atas nama dia sendiri

(3) JIKA MENJUAL SECARA OVER KREDIT TIDAK RESMI

Memang Simpel, tapi jadi ribet kedepannya. Dengan cara ini kita tinggal minta uang 180jt ke pembeli. Dibuat Akta Pengikatan Jual Beli (PJB), lalu selanjutnya pihak pembeli mengangsur atas nama pihak penjual

Efeknya, jika pembeli telat bayar angsuran maka Nama Pihak penjualah yang jelek di BI Checking & berhubung Rumah tersebut masih atas nama Pihak Penjual maka Pihak Penjual kemungkinan besar tidak akan bisa mengambil rumah ditempat lain karena plafon KPR nya masih dikurangi oleh Utang KPR lama.

& Beberapa tahun kemudian (ketika cicilan KPR sudah lunas) siap-siaplah dipanggil oleh pihak pembeli untuk dimintain tolong mengambilkan Sertifikat dan dokumen lainnya di Bank. Selanjutnya harus berurusan dengan Notaris terkait Jual Beli secara resmi yang melibatkan Pajak Penjualan, pajak Pembelian & Biaya Notaris.

Akan jadi lebih ribet lagi jika yang menghubungi Anda adalah orang yang sama sekali tidak Anda kenal, karena sepengetahuan saya ada beberapa kejadian dimana Rumah yang telah di Over Kreditkan secara tidak resmi lalu di Over kreditkan lagi kepada pihak lainnya.

Tuesday 3 February 2015

Banjir



  • Tahun 2013 , ketika banjir (sekitar 1 Meter), jalan didepan rumah saya tampak seperti sungai

  • Tetangga-tetangga sudah meninggikan lantai rumah mereka (lantai dasar lebih tinggi dari ketinggian air)

  • Di Blok yang lain, ketinggian air lebih parah...katanya bisa sampai atap rumah, diperumahan lain ada yang lebih parah

  • Ketika banjir jadi terlihat jelas mana wilayah perumahan yang ada didataran rendah & mana yg ada didataran yg tinggi

  • Tidak semua rumah di komplek perumahan saya terendam banjir, namun sepertinya mereka akan kesulitan menjual rumah karena image banjir yang melekat ke nama perumahan

  • Karena lantai rumah saya belum ditinggikan jadi barang-barang banyak yang terendam, hanya beberapa barang yang ada di box plastik yang masih selamat.

  • Beberapa box plastik ada yang terbalik (tidak semuanya bisa mengambang dengan baik)

  • 2 laptop rusak (punya saya & istri)

  • Barang dari kayu sudah dipastikan hancur karena terendam berhari-hari

  • Malam hari, karena listrik dimatikan...agak sulit mendokumentasikan banjir disaat malam

  • Banjir itu bisa datang kapan saja, waktu itu saya & istri sedang bekerja...katanya air mulai naik jam 13:00-an....jadi sebagian besar barang dirumah saya sudah tidak bisa diselamatkan

  • Dimasa-masa seperti itu, beberapa rekan kerja malah menjadikannya sebagai bahan candaan, jokes...

  • Namun ada juga yang berbaik hati menawarkan bantuan

  • Sambil menunggu banjir surut, saya nge-kost...lokasi kost-an lebih dekat ke kantor, & saya merasa lebih nyaman tinggal di kost-an daripada tinggal di rumah yang sewaktu-waktu bisa terendam banjir. Masalah yang saya temui di kost-an paling tingkat keamanannya & tidak ada pengaturan tempat pembuangan sampah yang baik.

  • Ingin pindah tapi terkendala harga properti yang sudah tinggi

  • Waktu itu saya lebih memilih untuk meninggikan lantai rumah, tapi istri ingin pindah...lalu saya mencoba untuk mengurus KPR & mengerahkan semua kemampuan untk pindah ke rumah yang bebas banjir, pengalamannya saya tulis di sini : http://i-rumah.com/pengalaman-mengurus-kpr-over-kredit-rumah/

  • Tahun 2014, ketika saya banyak mendengar berita banjir di TV...saya jadi merasa tidak menyesal berhutang 15 tahun ke Bank demi pindah ke rumah yang bebas banjir.

Monday 2 February 2015

4 pengeluaran setelah menempati rumah baru




Gambar diatas adalah contoh rumah baru yang sempat saya urus KPR-nya, namun waktu tahun 2013 kemarin batal. Seandainya saya mengurus KPR sampai tuntas lalu mulai menempati rumah tersebut, ada 4 Pengeluaran selanjutnya yang terlintas :

  1. Isi rumah, tentu saja...hal-hal pokok seperti tempat tidur dsb.

  2. Renovasi Dapur, waktu saya masuk ke dalam rumah tersebut atap dapurnya masih belum ditutup & tidak ada tempat untuk cuci piring

  3. Kanopi, supaya kendaraan tidak terkena hujan

  4. Taman

Beberapa bulan kemudian akhirnya saya Take Over rumah lain yang dapurnya sudah oke, kanopi sudah terpasang & sudah ada taman. Dapur, kanopi & taman tersebut memberi nilai tambah pada sebuah rumah, orang-orang yang ber-bisnis jual beli rumah sepertinya menambahkan dapur, kanopi & taman untuk menaikan nilai jual rumah.